Jemaah haji asal Indonesia. Foto: Kemenag.
BeritaHaji.id - Doa manasik haji adalah doa-doa yang dibaca jamaah pada waktu dan tempat tertentu selama pelaksanaan ibadah haji.
Doa ini biasanya dibaca saat melakukan rangkaian ibadah haji seperti wukuf di Arafah, di Masy'aril Haram, ketika melempar jumrah, dan saat tawaf.
Melansir NU Online, Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam Hasyiyah I‘anatut Thalibin menyebutkan:
وَيُسَنُّ أَذْكَارٌ وَأَدْعِيَةٌ مَخْصُوصَةٌ بِأَوْقَاتٍ وَأَمْكِنَةٍ مُعَيَّنَةٍ كَعَرَفَةَ وَالْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَعِنْدَ رَمْيِ الْجِمَارِ وَالْمَطَافِ
Artinya: "(Jemaah haji) disunnahkan membaca zikir dan doa khusus pada waktu dan tempat tertentu seperti Arafah, Masy'aril Haram, saat lontar jumrah, dan di tempat tawaf." (Hasyiyah I‘anatut Thalibin, Darul Fikr: 2005, hlm. 353)
Kendati demikian, doa-doa manasik ini tidak selalu dikuasai oleh semua jamaah karena bukan doa yang dibaca sehari-hari atau bahkan tahunan. Mengingat ibadah haji hanya diwajibkan sekali seumur hidup, maka wajar jika sebagian jemaah masih perlu bantuan.
Nah, biasanya, jemaah menggunakan buku saku panduan manasik atau aplikasi di HP sebagai alat bantu untuk membaca doa.
Lalu, apakah boleh membaca doa manasik melalui buku atau HP?
Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar memberikan penjelasan umum tentang zikir dan doa dalam ibadah, baik yang wajib maupun yang sunnah. Ia menekankan pentingnya melafalkan doa, bukan sekadar membacanya dalam hati:فَصْلٌ: اِعْلَمْ أَنَّ الأَذْكَارَ الْمَشْرُوعَةَ فِي الصَّلاَةِ وَغَيْرِهَا، وَاجِبَةً كَانَتْ أَوْ مُسْتَحَبَّةً، لاَ يُحْسَبُ شَيْءٌ مِنْهَا وَلاَ يُعْتَدُّ بِهِ حَتَّى يُتْلَفَّظَ بِهِ، بِحَيْثُ يُسْمِعُ نَفْسَهُ إِذَا كَانَ صَحِيْحَ السَّمْعِ لاَ عَارِضَ لَهُ
Kesimpulannya
Jadi, secara syariat, boleh membaca doa manasik lewat HP atau buku panduan. Jemaah bisa membawa buku saku atau membuka aplikasi selama pelaksanaan ibadah seperti tawaf, wukuf, lontar jumrah, dan lain-lain.Namun, yang perlu diperhatikan adalah doanya tetap dilafalkan, minimal terdengar oleh telinga sendiri. Wallahu a‘lam.