Rochmad dan istrinya. Foto Humas Kanwil Kemenag Jatim.
Bermodalkan keahlian memijat yang diwariskan kakeknya, pria berusia 56 tahun ini akhirnya bisa menunaikan ibadah haji bersama sang istri tahun ini.
Rochmad atau yang akrab disapa Gus Mad, mengisahkan bagaimana profesinya sebagai tukang pijat menjadi jalan rezeki sekaligus jembatan menuju Tanah Suci.
"Alhamdulillah, selama saya memijat saya hanya memasang tarif seikhlasnya, tidak mematok tarif khusus," ujar Gus Mad dalam keterangannya, Rabu, 18 Juni 2025.
Rochmad atau yang akrab disapa Gus Mad, mengisahkan bagaimana profesinya sebagai tukang pijat menjadi jalan rezeki sekaligus jembatan menuju Tanah Suci.
"Alhamdulillah, selama saya memijat saya hanya memasang tarif seikhlasnya, tidak mematok tarif khusus," ujar Gus Mad dalam keterangannya, Rabu, 18 Juni 2025.
Ahli Pijat Sejak SMA
Keahlian memijat ini ia kuasai sejak duduk di bangku SMP, diwarisi dari sang kakek. Namun baru saat SMA ia mulai menerima pasien secara profesional."Saya mulai memijat secara profesional ketika di bangku SMA dan buka praktik pada tahun 1998,” terangnya.
Menabung Haji dari Hasil Pijat Seikhlasnya
Dengan penghasilan dari memijat, Gus Mad mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga sekaligus menabung untuk biaya haji. Setiap hari, ia bisa melayani dua hingga empat pasien, baik di rumahnya sendiri maupun dipanggil ke rumah pasien.“Setiap hari tidak tentu, kadang dapat dua orang kadang empat orang. Hasilnya lalu saya berikan ke istri untuk dibagi sesuai kebutuhan rumah dan sebagian disisihkan untuk haji," jelasnya.
Ia mulai mendaftar haji sejak tahun 2012, menggunakan tabungan hasil memijat. Saat itu, istrinya masih bekerja sebagai pengajar Bahasa Hong Kong.
“Dari hasil menabung pendapatan memijat yang saya sisihkan, pada tahun 2012 terkumpul uang untuk bisa mendaftar haji bersama istri,” ujarnya.
Selama menjalankan ibadah di Tanah Suci, Gus Mad merasa banyak keajaiban terjadi. Salah satunya adalah kesempatan terus menggunakan keahliannya untuk membantu sesama jemaah yang mengalami kelelahan fisik atau nyeri tubuh.
Selama menjalankan ibadah di Tanah Suci, Gus Mad merasa banyak keajaiban terjadi. Salah satunya adalah kesempatan terus menggunakan keahliannya untuk membantu sesama jemaah yang mengalami kelelahan fisik atau nyeri tubuh.
Memijat di Madinah dan Makkah
"Begitu mengetahui saya ini tukang pijat, baik di Madinah maupun di Makkah banyak yang memanggil saya untuk dipijat,” ujarnya.
“Saya pernah mijat di Masjidil Haram hingga ke Tower Zam-Zam. Alhamdulillah meskipun di sana saya banyak dipanggil memijat tetapi tidak menggangu ibadah haji saya karena memijat hanya saya lakukan ketika luang.”
Tak tanggung-tanggung, Gus Mad juga dipercaya memijat figur publik seperti artis Arie Untung hingga Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag RI, Muchlis Hanafi. Semua itu ia lakukan dengan penuh keikhlasan.
“Ada seorang jemaah yang sakit selama 10 tahun, sudah dibawa berobat ke mana-mana belum ada yang cocok, Alhamdulillah atas izin Allah, ketika saya bantu, berangsur membaik,” kisahnya.
Selain keberkahan spiritual, Gus Mad juga merasakan limpahan rezeki selama di Tanah Suci.
Tak tanggung-tanggung, Gus Mad juga dipercaya memijat figur publik seperti artis Arie Untung hingga Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag RI, Muchlis Hanafi. Semua itu ia lakukan dengan penuh keikhlasan.
“Ada seorang jemaah yang sakit selama 10 tahun, sudah dibawa berobat ke mana-mana belum ada yang cocok, Alhamdulillah atas izin Allah, ketika saya bantu, berangsur membaik,” kisahnya.
Selain keberkahan spiritual, Gus Mad juga merasakan limpahan rezeki selama di Tanah Suci.
“Semua atas izin Allah SWT,” ucapnya.
Ia dan istri tak lupa memanjatkan doa agar anak-anak dan keluarga mereka juga bisa mendapatkan kesempatan berhaji.
Ia dan istri tak lupa memanjatkan doa agar anak-anak dan keluarga mereka juga bisa mendapatkan kesempatan berhaji.
“Dari awal sudah kami niatkan untuk dapat berhaji memenuhi panggilan Allah taala semata,” ujarnya.
“Rasanya belum ingin pulang, masih ingin di Tanah Suci," inginnya.