Sumino dan istrinya, kisah penjual pentol asal Ngawi yang berhasil naik haji. Foto : Humas Kanwil Kemenag Jatim.
BeritaHaji.id – Tak semua tamu Allah datang dari kalangan berkecukupan. Pasangan penjual pentol asal Ngawi, Sumino (50) dan Nur Hasanah (56), membuktikan bahwa dengan tekad dan kesabaran, impian naik haji bisa tercapai.
Pasutri yang tergabung dalam Kloter 54 ini akhirnya bisa menunaikan ibadah haji tahun ini, setelah menabung selama lebih dari satu dekade dari hasil berjualan pentol keliling.
"Merupakan suatu anugerah yang luar biasa, kami yang hanya penjual pentol ini dapat menjadi tamu Allah ke Baitullah," ucap Sumino dengan haru saat dikonfirmasi, Kamis, 3 Juli 2025.
Sehari-hari, Sumino dan istri menjalankan usaha kecil mereka dengan penuh semangat. Di pagi hari, mereka menitipkan pentol dagangan ke sekolah. Sore hingga dini hari, mereka mangkal di depan Kantor Polsek Jogorogo, Ngawi.
"Selepas salat Ashar hingga jam 12 atau jam 1 malam, saya dan istri, dibantu anak-anak juga, berjualan di pinggir jalan, depan Polsek Jogorogo," kisah Sumino.
Pasangan ini mulai menikah pada tahun 2004, dan sejak awal, mereka telah sepakat untuk menabung demi naik haji.
"Untuk mewujudkan mimpi tersebut, kami setiap hari rutin menabung di rumah, tidak tentu. Seringnya 10 ribu per hari. Kalau mampunya 5 ribu ya 5 ribu. Kalau dapat rezeki banyak, ya banyak nabungnya," ungkapnya.
Uang yang terkumpul mereka gunakan terlebih dahulu untuk menyewa sawah sebagai tambahan pemasukan.
"Setelah pagi titip pentol di sekolah, kami mengerjakan sawah yang kami sewa," sambungnya.
Akhirnya, pada Mei 2012, setelah uang tabungan mereka mencapai Rp50 juta, keduanya resmi mendaftar haji. Namun keberangkatan mereka sempat tertunda akibat pandemi COVID-19.
"Alhamdulillah setelah sempat tertunda karena pandemi COVID-19, kami tahun ini bisa berangkat," tutur Sumino.
Di Tanah Suci, Sumino dan Nur Hasanah menjalankan ibadah dengan lancar, bahkan mampu melakukan umrah sunnah hingga puluhan kali.
"Kami di Makkah bisa melakukan umrah sunnah sebanyak 25 kali. Kami niati untuk membadalkan orang tua, kakek nenek, dan saudara-saudara kami," kata Sumino.
Menjelang keberangkatan, mereka sempat tidak memiliki uang saku. Namun bantuan datang dari orang-orang baik di sekitar mereka.
"Alhamdulillah ada orang baik yang memberikan kami uang saku baik ketika mau berangkat maupun selama di Tanah Suci, kami benar-benar merasa terbantu," tutupnya.
Sumino pun berharap kisahnya bisa menginspirasi banyak orang agar tidak menyerah pada keterbatasan.
"Saya harap orang lain yang hidupnya pas-pasan seperti saya tidak berputus asa dan berusaha terus sampai dapat menunaikan kewajiban rukun Islam kelima," pungkasnya.