Petugas haji mengendong jemaah pria yang tidak bisa berdiri. Foto Kemenag.
Madinah. BeritaHaji.id – Pelayanan jemaah haji Indonesia di Tanah Suci tidak hanya bicara soal dokumen dan logistik.
Di balik semua itu, ada dedikasi tanpa pamrih dari petugas haji yang tak segan mengendong jemaah satu per satu di bawah terik matahari.
Adalah Muh Ma’mur, ASN Kementerian Agama asal Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara. Ia tergabung dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja Bandara Jeddah dan Madinah, tepatnya di Sektor 2 Bandara.
Namanya mungkin tak banyak dikenal, tapi aksinya terekam kuat dalam benak banyak jemaah.
Siang itu, Ma’mur tampak sigap saat menyambut kedatangan kloter BTJ-03 di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA), Madinah. Saat jemaah turun dari bus menuju area pavilion transit, ia melihat seorang jemaah pria tak mampu berdiri.
Tanpa pikir panjang, Ma’mur langsung menghampiri dan mengendong jemaah itu turun dari bus. Ia lalu memindahkannya ke kursi roda dan mendorongnya menuju pavilion 3 untuk proses pemeriksaan dokumen.
Momen singkat itu terjadi tanpa banyak kata. Keduanya berpisah begitu saja, namun penuh kesan yang membekas.
“Bismillah, selalu saya awali di setiap akan mengendong jemaah. Alhamdulillah semuanya terasa ringan,” kata Ma’mur di Bandara Madinah, Minggu, 30 Juni 2025.
Ma’mur memang bukan petugas berbadan besar, tapi ia sering terlihat mengendong jemaah dari dan ke bus, mobil golf, hingga di ruang tunggu bandara yang dikenal dengan sebutan “keong”.
Baginya, tugas itu bukan beban, tapi panggilan hati.
“Ada kebahagiaan yang tak bisa diucapkan namun menyentuh dalam sanubari tatkala usai mengendong dan mendukung jemaah,” ucapnya.
Ma’mur hanyalah salah satu dari banyak sosok “pengendong Duyufurrahman” di Daker Bandara. Ada pula petugas lain seperti Yoyok, Abdul Rohim Rahmat, Eko Bunawi, Jajang Supena, Andi Irawan, serta Iwan Syarif alias Bonex, pelaksana kedatangan dan kepulangan.
Hartati, seorang mukimin di Arab Saudi, juga turut bergabung sebagai tenaga pendukung PPIH Arab Saudi di bandara.
Petugas bandara bekerja dalam tiga shift. Shift pertama mulai pukul 08.00–16.00, shift kedua pukul 16.00–00.00, dan shift ketiga dari pukul 00.00–08.00 waktu setempat.
Jarak penginapan petugas ke Bandara Madinah sekitar 30 menit. Mereka harus sudah standby 30 menit sebelum pergantian shift. Aktivitas makan siang dan malam pun dilakukan di dalam mobil coaster, lantaran otoritas bandara tidak memperbolehkan petugas makan di area bandara.
Meski lelah dan penuh tantangan, semangat para petugas tak pernah surut, apalagi di fase akhir pendorongan jemaah gelombang dua.
Semoga semangat Ma’mur dan rekan-rekannya di Daker Bandara menjadi inspirasi bahwa melayani tamu Allah bukan sekadar tugas, tapi kehormatan.
Adalah Muh Ma’mur, ASN Kementerian Agama asal Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara. Ia tergabung dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja Bandara Jeddah dan Madinah, tepatnya di Sektor 2 Bandara.
Namanya mungkin tak banyak dikenal, tapi aksinya terekam kuat dalam benak banyak jemaah.
Siang itu, Ma’mur tampak sigap saat menyambut kedatangan kloter BTJ-03 di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA), Madinah. Saat jemaah turun dari bus menuju area pavilion transit, ia melihat seorang jemaah pria tak mampu berdiri.
Tanpa pikir panjang, Ma’mur langsung menghampiri dan mengendong jemaah itu turun dari bus. Ia lalu memindahkannya ke kursi roda dan mendorongnya menuju pavilion 3 untuk proses pemeriksaan dokumen.
Momen singkat itu terjadi tanpa banyak kata. Keduanya berpisah begitu saja, namun penuh kesan yang membekas.
“Bismillah, selalu saya awali di setiap akan mengendong jemaah. Alhamdulillah semuanya terasa ringan,” kata Ma’mur di Bandara Madinah, Minggu, 30 Juni 2025.
Ma’mur memang bukan petugas berbadan besar, tapi ia sering terlihat mengendong jemaah dari dan ke bus, mobil golf, hingga di ruang tunggu bandara yang dikenal dengan sebutan “keong”.
Baginya, tugas itu bukan beban, tapi panggilan hati.
“Ada kebahagiaan yang tak bisa diucapkan namun menyentuh dalam sanubari tatkala usai mengendong dan mendukung jemaah,” ucapnya.
Ma’mur hanyalah salah satu dari banyak sosok “pengendong Duyufurrahman” di Daker Bandara. Ada pula petugas lain seperti Yoyok, Abdul Rohim Rahmat, Eko Bunawi, Jajang Supena, Andi Irawan, serta Iwan Syarif alias Bonex, pelaksana kedatangan dan kepulangan.
Hartati, seorang mukimin di Arab Saudi, juga turut bergabung sebagai tenaga pendukung PPIH Arab Saudi di bandara.
Petugas bandara bekerja dalam tiga shift. Shift pertama mulai pukul 08.00–16.00, shift kedua pukul 16.00–00.00, dan shift ketiga dari pukul 00.00–08.00 waktu setempat.
Jarak penginapan petugas ke Bandara Madinah sekitar 30 menit. Mereka harus sudah standby 30 menit sebelum pergantian shift. Aktivitas makan siang dan malam pun dilakukan di dalam mobil coaster, lantaran otoritas bandara tidak memperbolehkan petugas makan di area bandara.
Meski lelah dan penuh tantangan, semangat para petugas tak pernah surut, apalagi di fase akhir pendorongan jemaah gelombang dua.
Semoga semangat Ma’mur dan rekan-rekannya di Daker Bandara menjadi inspirasi bahwa melayani tamu Allah bukan sekadar tugas, tapi kehormatan.