Jemaah haji asal Indonesia saat di tanah suci. Foto Kemenag.
Kulon Progo. BeritaHaji.id - Tiga jemaah haji asal Indonesia dilaporkan masih hilang di Makkah, Arab Saudi, hingga Jumat, 11 Juli 2025. Ketiganya merupakan lansia yang memiliki riwayat demensia dan diduga tersesat di lokasi serta waktu berbeda.
Pencarian terus dilakukan oleh tim Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Namun hingga kini, belum ada hasil yang menggembirakan.
Adapun jemaah yang hilang adalah Nurimah Mentajim (80) dari Kloter PLM 19 (Palembang), Sukardi bin Jakim (67) dari Kloter SUB 79 (Surabaya), dan Hasbullah Ikhsan (73) dari Kloter BDJ 07 (Banjarmasin). Mereka dilaporkan hilang sejak akhir Mei hingga pertengahan Juni 2025.
Menanggapi situasi ini, Anggota Komisi VIII DPR RI, M. Husni, menyampaikan keprihatinan mendalam dan meminta pemerintah mempercepat upaya pencarian.
“Ya, ini memang masih ada tiga orang yang belum kita ketemukan. Ini adalah warga negara Indonesia, dan kita wajib untuk terus mencarinya,” ujar M. Husni kepada Parlementaria saat kunjungan kerja Komisi VIII ke Kulon Progo, DIY, Jumat, 11 Juli 2025.
Husni menyoroti pentingnya teknologi dalam pelacakan jemaah, terutama sistem kartu Nusuk yang digunakan pemerintah Arab Saudi.
“Menurutnya, seharusnya dengan sistem teknologi seperti kartu Nusuk yang diterapkan oleh Pemerintah Arab Saudi, pelacakan jemaah yang tersesat bisa dilakukan secara cepat. Sistem tersebut memungkinkan petugas untuk langsung mengetahui lokasi hotel, embarkasi, dan nomor kloter seorang jemaah hanya melalui data kartu,” katanya dilansir dari laman resmi DPR RI.
Namun, ia mengakui bahwa masih banyak jemaah, khususnya lansia dan ibu rumah tangga, belum terbiasa dengan sistem digital tersebut.
"Di sinilah pentingnya edukasi sejak di tanah air,” lanjut politisi Fraksi Gerindra itu.
Ia pun mendorong agar edukasi penggunaan teknologi menjadi bagian wajib dalam manasik haji di tahun-tahun mendatang.
“Untuk haji 2026, kita harus ingatkan dan ajarkan sejak awal fungsi teknologi ini. Minimal mereka tahu bagaimana menggunakan kartu Nusuk dan apa yang harus dilakukan jika tersesat,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelindungan Jemaah PPIH Arab Saudi, Kolonel Harun Al Rasyid, menyebut bahwa dua dari tiga jemaah yang hilang sudah tidak diketahui keberadaannya sejak sebelum puncak ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Pemerintah telah menjalankan proses badal haji (pengganti ibadah) bagi mereka yang belum bisa mengikuti puncak ibadah karena hilang.
Di lapangan, tim PPIH terus menyisir sejumlah titik krusial, mulai dari hotel, rumah sakit, hingga area sekitar Masjidil Haram. Koordinasi juga terus dilakukan bersama otoritas Arab Saudi dan KJRI Jeddah.
Jika pencarian masih belum menemukan hasil hingga Sabtu (12/7), proses selanjutnya akan diserahkan sepenuhnya ke Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI).
Komisi VIII DPR menilai insiden ini harus menjadi bahan evaluasi serius dalam penyelenggaraan haji ke depan.
"Selain penguatan pelayanan dan pendampingan bagi lansia, kolaborasi antara Kementerian Agama, Kemenkes, dan otoritas Arab Saudi harus diperkuat, termasuk dalam penggunaan teknologi berbasis sistem pelacakan," tandas Husni.