Sofia berfoto dengan Menteri Agama RI Nasaruddin Umar. Foto Ist.
BeritaHaji.id - Di tengah lautan manusia yang khusyuk menunaikan ibadah haji 2025 di Tanah Suci, tampak satu wajah muda yang mencuri perhatian.
Sosok itu adalah Sofia Salsabila, gadis 18 tahun asal Demak yang baru saja lulus dari SMA Negeri 1 Demak. Ia berdiri memandangi Kakbah dengan mata berkaca, diliputi haru dan syukur.
Namun, di balik syukurnya menjadi tamu Allah di usia semuda itu, terselip sebuah kisah haru tentang amanah, takdir, dan kerinduan mendalam pada sosok yang seharusnya berada di sana, yakni ibundanya.
"Saya sendiri tidak pernah menyangka, di usia 18 tahun menjadi tamu Allah," ujar Sofia lirih.
"Tapi lebih dari itu... saya juga tidak pernah menyangka, berada di sini bukan karena daftar sejak kecil, tapi karena menggantikan seseorang yang seharusnya berada di tempat ini," sambung dia.
Awal Mula Sofia Menggantikan Ibunda
Semua bermula dari kabar bahagia yang menyelimuti keluarga Sugiyanto di Desa Mangunjiwan, Demak. Setelah menanti bertahun-tahun, nama Sugiyanto dan istrinya, Ndari Karjawati, akhirnya tercantum dalam daftar calon jemaah haji. Haru dan syukur menyelimuti keluarga kecil itu.Sang ibu, meski dalam kondisi kurang sehat, memiliki semangat yang luar biasa untuk sembuh. Ia kerap berucap penuh harap, "Nanti kalau ibu berangkat, doain ya". Sebuah kalimat sederhana yang kini menjadi kenangan abadi bagi Sofia.
Namun takdir berbicara lain. Allah SWT rupanya menyiapkan skenario yang lebih indah untuk sang ibunda. Pada 17 September 2024, Ndari Karjawati berpulang ke Rahmatullah, meninggalkan duka mendalam sekaligus sebuah amanah besar yang harus segera ditentukan.
Sofia bercerita, belum genap 100 hari sejak kepergian sang ibu, keluarganya sudah dihadapkan pada keputusan penting: siapa yang akan menggantikan almarhumah menunaikan haji.
Waktu yang sempit dan proses administratif yang padat mulai dari pemeriksaan kesehatan rutin, pengurusan paspor, hingga mengikuti manasik haji setiap hari Ahad menuntut keputusan cepat antara dirinya atau sang kakak.
"Kakak saya sedang padat jadwal kuliah semester 4, dan saya baru lulus SMA tahun 2025 ini, jadi sedang libur panjang. Jadi, sayalah yang menggantikan posisi ibu," jelasnya.
Maka, dimulailah perjalanan seorang Sofia. Bukan sekadar perjalanan spiritual biasa, melainkan sebuah ziarah cinta untuk ibunya. Pergi haji bersama sang ayah tercinta dalam penerbangan Kloter 39 jamaah asal Kabupaten Demak Jawa Tengah. Setiap langkahnya di Tanah Suci seolah menjadi perwujudan dari niat tulus sang ibu.
Campuran rasa haru, syukur, dan ketidakpercayaan menyelimuti hati Sofia. Ia menjalani setiap prosesi haji dengan penuh ketulusan dari menatap langsung Ka'bah yang agung di bulan Dzulhijjah, menengadahkan tangan dan memanjatkan doa di Padang Arafah, bermalam di Muzdalifah beralaskan bumi dan beratapkan langit bersama jutaan jemaah, hingga melempar jumrah sambil terus melafalkan talbiyah.
Semua dijalani Sofia dengan hati yang pasrah dan keyakinan penuh pada kehendak-Nya.
"Saya percaya, rencana Allah Subahanahu wa ta’ala adalah sebaik-baiknya rencana. Haji adalah ibadah penuh misteri," ujarnya.
Menurutnya Ini bukan tentang siapa yang cepat dan siapa yang kaya, tapi siapa yang Allah panggil di waktu yang tepat.
"Allah tidak memanggil yang mampu, tapi Allah memampukan yang dipanggil," ujarnya.
Keajaiban-keajaiban yang Menyertai Sofia di Makkah
Keajaiban seolah tak henti menyertainya. Sofia berkisah bagaimana ia diberi kemudahan untuk mengunjungi Raudhah, taman surga di Masjid Nabawi, hingga tiga kali berturut-turut menjelang keberangkatan ke Makkah. Padahal, jadwal resminya hanya satu kali. Rezeki tak terduga datang dari jamaah lain yang berhalangan dan memberikannya barcode masuk.Sebuah kehormatan tak terduga juga datang menjelang puncak haji di Arafah. Hotel tempat rombongannya menginap yakni Hotel Arbiah Alhijaz Nomor 121 di Sisyah Makkah mendapat kunjungan dari Menteri Agama RI, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA. Sofia, sang haji termuda, mendapat kesempatan langka untuk berfoto bersama sang menteri.
Puncak pengalaman spiritualnya mungkin terjadi saat ia berjuang menyentuh dan memegang Ka'bah. Setelah satu kali gagal karena padatnya jamaah, ia mencoba lagi bersama seorang teman serombongan.
"Alhamdulillah, Allah permudah saya," tuturnya haru.
"Ketika saya mendekat, saya diberi jalan oleh seorang jamaah haji luar negeri. Padahal beliau sendiri belum memegang Kakbah, tapi mempersilakan saya lebih dulu. Beliau bahkan menunggu dan melindungi saya dari desakan hingga selesai," ujarnya.
Pesan Sofia untuk Anak Muda
Kepulangan Sofia dari Tanah Suci bukan sekadar membawa gelar hajah. Lebih dari itu, ia kembali dengan bekal pengalaman dan pelajaran hidup yang begitu berharga. Untuk teman-teman seusianya, Sofia menyampaikan pesan yang tak kalah dalam maknanya.Baginya, ibadah haji bukan hanya persoalan spiritual atau biaya, tetapi juga kesiapan fisik dan kesehatan yang harus diperhatikan sejak dini.
"Kumpulkan niat untuk berhaji di usia muda," pesannya tulus.
"Yakinlah, Allah akan memanggil jika memang sudah waktunya," ceritanya kepada Haji Ismail SM, salah satu petugas haji Kloter 31 asal Kota Semarang.