Seminar Hasil Penilaian Kinerja PPIH Tahun 2025. Foto Kemenag.
BeritaHaji.id - Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama, Hilman Latief, menekankan pentingnya penguasaan bahasa daerah bagi para petugas haji, selain kemampuan berbahasa Arab. Hal ini dinilainya sebagai langkah penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada jemaah.
Penegasan itu disampaikan Hilman saat membuka Seminar Hasil Penilaian Kinerja Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Tahun 2025 di Serpong, Tangerang Selatan, Selasa, 14 Oktober 2025.
“Ke depan mungkin akan muncul beberapa kebijakan baru, termasuk soal bahasa Arab. Ini menarik dan penting sekali. Namun, menurut saya, bahasa daerah juga sangat krusial,” ujar Hilman.
Hilman menilai, penguasaan bahasa lokal dapat membantu petugas menjalin komunikasi yang lebih baik dengan jemaah, terutama dari daerah-daerah tertentu.
“Petugas untuk daerah seperti NTB harus bisa berbahasa lokal seperti (bahasa) Bima agar komunikasi dengan masyarakat berjalan lancar. Begitu juga untuk daerah Sunda atau Madura, di mana tidak semua jemaah bicara dengan bahasa Indonesia,” jelasnya.
Menurutnya, kemampuan berbahasa Arab memang penting untuk komunikasi selama di Tanah Suci. Namun, bahasa daerah juga tak kalah penting demi memberikan pelayanan yang efektif kepada para jemaah.
Menurutnya, kemampuan berbahasa Arab memang penting untuk komunikasi selama di Tanah Suci. Namun, bahasa daerah juga tak kalah penting demi memberikan pelayanan yang efektif kepada para jemaah.
“Bahasa Arab penting untuk komunikasi, tetapi bahasa daerah juga penting untuk pelayanan yang efektif kepada jemaah,” tutur Hilman.
Selain soal kebahasaan, Hilman juga menyoroti aspek lain yang tak kalah penting yakni pengelolaan sumber daya manusia dan pembagian beban kerja petugas. Ia menekankan bahwa komposisi jumlah petugas yang proporsional sangat memengaruhi efektivitas layanan di lapangan.
“Kalau petugasnya banyak, program bisa optimal, tapi biaya meningkat. Sebaliknya, kalau jumlah petugasnya kurang, beban kerja jadi berat dan pelayanan menurun,” kata Hilman.
Hilman berharap seminar ini dapat menghasilkan rekomendasi dan model baru dalam peningkatan layanan haji, khususnya berbasis data dan pengalaman lapangan.
Selain soal kebahasaan, Hilman juga menyoroti aspek lain yang tak kalah penting yakni pengelolaan sumber daya manusia dan pembagian beban kerja petugas. Ia menekankan bahwa komposisi jumlah petugas yang proporsional sangat memengaruhi efektivitas layanan di lapangan.
“Kalau petugasnya banyak, program bisa optimal, tapi biaya meningkat. Sebaliknya, kalau jumlah petugasnya kurang, beban kerja jadi berat dan pelayanan menurun,” kata Hilman.
Hilman berharap seminar ini dapat menghasilkan rekomendasi dan model baru dalam peningkatan layanan haji, khususnya berbasis data dan pengalaman lapangan.
“Kita butuh konsep yang konkret, mulai dari penguasaan bahasa, skenario layanan di lapangan, hingga pemetaan wilayah. Semua itu bagian dari peningkatan kualitas petugas dan kepuasan jemaah,” terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Bina Haji Musta’in Ahmad menyampaikan bahwa seminar ini menjadi forum strategis untuk mempresentasikan hasil evaluasi pelaksanaan tugas PPIH, mengidentifikasi capaian dan kendala, serta merumuskan rekomendasi kebijakan untuk peningkatan kinerja petugas ke depan.
“Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi memiliki peran penting dalam memastikan kelancaran operasional, kenyamanan jemaah, serta kualitas layanan selama berada di Tanah Suci,” ujar Musta’in.
Ia menambahkan, hasil penilaian kinerja ini akan menjadi bahan dasar dalam penyempurnaan kebijakan dan peningkatan kapasitas petugas pada tahun-tahun mendatang.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Bina Haji Musta’in Ahmad menyampaikan bahwa seminar ini menjadi forum strategis untuk mempresentasikan hasil evaluasi pelaksanaan tugas PPIH, mengidentifikasi capaian dan kendala, serta merumuskan rekomendasi kebijakan untuk peningkatan kinerja petugas ke depan.
“Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi memiliki peran penting dalam memastikan kelancaran operasional, kenyamanan jemaah, serta kualitas layanan selama berada di Tanah Suci,” ujar Musta’in.
Ia menambahkan, hasil penilaian kinerja ini akan menjadi bahan dasar dalam penyempurnaan kebijakan dan peningkatan kapasitas petugas pada tahun-tahun mendatang.
“Hasil penilaian kinerja ini akan menjadi dasar dalam penyempurnaan kebijakan, peningkatan kapasitas, serta pembinaan petugas di tahun-tahun berikutnya,” jelasnya.
Seminar yang berlangsung selama dua hari, 14–15 Oktober 2025 ini, diharapkan mampu melahirkan sejumlah rekomendasi strategis bagi peningkatan kualitas rekrutmen, pembinaan, dan tata kelola petugas haji di masa depan.
Seminar yang berlangsung selama dua hari, 14–15 Oktober 2025 ini, diharapkan mampu melahirkan sejumlah rekomendasi strategis bagi peningkatan kualitas rekrutmen, pembinaan, dan tata kelola petugas haji di masa depan.


