Muhammad Imran Saleh Hamdani, Kepala Bidang Tim Kesehatan Haji Indonesia. Foto Kemenag.
BeritaHaji.id - Kementerian Kesehatan menyoroti pentingnya skrining kesehatan dini bagi jemaah haji khusus. Upaya ini dinilai krusial demi menekan risiko penyakit dan memastikan kesiapan fisik para jemaah saat beribadah di Tanah Suci.
Hal itu ditegaskan oleh Kepala Bidang Tim Kesehatan Haji Indonesia, Muhammad Imran Saleh Hamdani, dalam kegiatan Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus yang digelar di Kota Surabaya, Jumat, 25 Juli 2025 pagi.
"Pemeriksaan kesehatan dini menjadi kunci untuk mewujudkan haji yang aman, sehat, dan istithaah secara optimal," ujar Imran di hadapan 363 peserta yang berasal dari PIHK, pimpinan asosiasi, dan Kanwil Kemenag se-Indonesia.
Menurutnya, semakin cepat skrining dilakukan, semakin mudah pula pengendalian risiko penyakit kronis dan percepatan proses administrasi keberangkatan haji.
"Proses ini tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga sangat strategis dalam menyiapkan jemaah menghadapi tantangan fisik di Tanah Suci," imbuhnya.
Kemenkes mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 15 Tahun 2016 serta Kepmenkes No. HK.01.07/Menkes/508/2024 untuk menata alur pemeriksaan jemaah haji khusus. Prosedur dimulai dari pemeriksaan di fasilitas kesehatan hingga proses verifikasi istithaah oleh dokter dari PIHK.
"Jika jemaah tidak memenuhi syarat istithaah, maka mereka akan diberikan opsi pembinaan lanjutan, penundaan keberangkatan, atau pelaksanaan badal haji," jelas Imran.
Ia menyebut, tantangan utama yang kerap dihadapi jemaah adalah usia lanjut, penyakit penyerta (komorbid), hingga kondisi ekstrem seperti suhu panas, udara kering, dan padatnya aktivitas fisik selama ibadah.
"Hampir 80% aktivitas haji berlangsung di luar ruangan. Diperlukan kondisi fisik yang stabil agar ibadah bisa dijalankan dengan aman," ujarnya.
Oleh karena itu, Kemenkes terus mengintensifkan kolaborasi lintas sektor. Mulai dari Kementerian Agama, BPJS, pemerintah daerah, PIHK, hingga tokoh agama lokal.
Langkah ini mencakup integrasi data jemaah, pemeriksaan gratis, skrining melalui JKN, serta edukasi kesehatan berbasis komunitas lewat Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dan kegiatan manasik.
Imran mengungkapkan, angka kematian jemaah haji khusus saat ini mengalami tren penurunan, sebagai bukti bahwa upaya pembinaan dan deteksi dini berdampak nyata.
"Namun kita tetap harus meningkatkan kualitas layanan dan memperluas jangkauan skrining sejak dua tahun sebelum keberangkatan," pungkasnya.